Selasa, 30 Oktober 2012
Tuhan Yang Maha Esa dan KeTuhanan
Konkritnya, orang akan beriman setelah
mendapatkan pewartaan iman oleh orang lain atau gereja.
Orang yang beriman wajib menata tingkah
laku sesuai dengan kebenaran yang diimani dan yang dianggap baik atau sesuai
hati nurani diwujudkan dalam tindakan nyata. Tindakan yang demikian inilah,
merupakan tindakan yang arif bijaksana seorang beriman yang juga merupakan
tanda kedewasaan iman. Mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya baik kepada
Tuhan, sesama, dunia, lingkungan hidup dan masyarakatnya. Dengan cara
demikian, manusia membangun diri.
A. Ketakwaan
Kepada Tuhan Yang Mahaesa Berdasarkan Iman Katolik
Keimanan
kepada Tuhan YME timbul pada seseorang, apabila orang tersebut pernah
mendengarkannya. Selanjutnya sebagai konsekuensi dari keimanannya, maka orang
menjatuhkan pilihan untuk menerima atau menolaknya.
Semangat
anak Allah berarti bersikap atau berperilaku yang cenderung maksimalis; sedang
semangat budak adalah bersikap atau berperilaku cenderung minimalis, penuh
perhitunagan dan bermentalitas “do ut des”, yang berarti “saya memberi
agar engkau juga memberi”. Anak Allah selalu melaksanakan kehendak Bapa-Nya
yang tersirat sejak dini, tidak pernah terlambat membalas kasih-Nya. Inilah
wujud semangat kemerdekaan anak-anak Allah yang sejati.
B. Filsafat
Ketuhanan (Teologi Natularis)
Dalam kenyataannya,
manusia mempunyai kemampuan dasar berfikir dan berkehendak serta bertindak
secara manusiawi, yang merupakan bukti keluhuran martabatnya sebagai manusia.
Dengan kata lain, menjadi mahluk yang melebihi makluk ciptaan lainnya karena
pemilikannya berupa akal budi, untuk berfikir dan berkehendak menjatuhkan
pilihan dalam tindakan merdeka atau bermartabat manusia.
Filsafat Ketuhanan
tidak hanya bersifat spekulatif, tetapi juga praktis khususnya berhubungan
dengan akhlak dan agama. Filsafat Ketuhanan ingin menjelaskan eksistensi
manusia sendiri, tetapi secara khusus dalam relasi dengan pusat transcendennya
( Allah). Metoda yang dipakai tidak ditentukan oleh iman atau agama. Melainkan,
oleh penalaran manusia sendiri dan refleksi filosofis dan metafisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar