Selasa, 30 Oktober 2012
Sejarah Perkembangan Komunitas Kristiani
A.
Gereja Rasuli
Komunitas
Kristiani yang dihasilkan dan digambarkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru
disebut “Gereja Rasuli” atau Gereja Apostolik, yaitu Gereja para rasul dan
jemaat atau generasi pertama kristiani yang mencakup kurun waktu antara 30-100
tahun, antara peristiwa pentakosta dan penulisan terakhir dari Alkitab.
Dibawah
pimpinan Yakobus, saudara Yesus, komunitas Yahudi kristiani di Yerusalem dan
Palestina berkembang. Mereka membentuk suatu sekte Yahudi yang dibedakan dari
Yahudi lain berdasar iman mereka bahwa Al Masih Yahudi telah datang dalam
pribadi Yesus.
Paulus dan
Barnabas mulai mewartakan iman kepada bangsa bukan Yahudi. Pandangan Paulus
diterima oleh Petrus dan Yakobus, yaitu sewaktu Allah membangkitkan Yesus dari
antara orang mati, zaman baru dari keselamatan Allah telah dimulai, dan umat
kristiani tidak lagi terikat untuk mengikuti Hukum Agama Yahudi.
Dalam
perjalanan waktu setelah pewartaan para rasul, semakin banyak orang dari bangsa
bukan Yahudi dikerajaan Roma menjadi Kristiani, dan akhirnya Gereja lebih
terdiri dari orang bukan Yahudi. Tradisi Kristiani menerima Petrus sebagai
pimpinan, pertama saat di Yerusalem, kemudian Antiokhia dan akhirnya di Roma.
Di situlah ia dibunuh pada zaman pemerintahan Kaisar Nero.
B.
Zaman Pengejaran
Komunitas
Kristiani yang mula-mula percaya bahwa Yesus akan segera datang kembali dengan
mulia menyadari bahwa kedatangan-Nya itu masih perlu ditunggu sebelum Hari
Akhir. Kitab perjanjian baru yang muncul pertama kali adalah Surat-surat Paulus
kepada jemaat di Tesalonika penuh dengan harapan akan kedatangan Yesus dan
kitab-kitab yang muncul belakang lebih berisi masalah organisasi (tata-atur)
komunitas dan ajaran moral, yaitu cara orang menghayati hidup kristiani dalam
masyarakat.
Sedikit demi sedikit tata atur komunitas
berkembang dan terbentuk. Selain itu dalam komunitas ada beberapa orang yang
dianggap menerima karunia khusus yang perlu digunakan untuk pembangunan Gereja,
selain itu ada juga orang yang mendapat karunia untuk melakukan mukjizat,
penyembuhan dan berbahasa.
Para penguasa Romawi setempat umumnya
toleran, tetapi juga sering mengejar-ngejar jemaat kristiani, banyak anggota
jemaat termasuk Petrus dan Paulus, dihukum mati karena pernyataan iman mereka.
C.
Konsili-konsili Awal
1.
Konsili Nicea, tahun 325
Pada waktu
itu terjadi kontroversi antara Athanasius dan Arius, keduanya teolog dari Alexandria, yang menyebar ke seluruh komunitas kristiani
sehingga perlu diadakan Konsili Ekumenis (seluruh dunia) di kota Nicea. Mereka sama-sama setuju bahwa
Sabda Allah itu menjadi manusia dan tinggal dalam diri Yesus. Tetapi keduanya
berbeda dalam hal menangkap kodrat Sabda itu.
Karena
kontroversi itu menyebabkan perpecahan dalam Gereja, maka Kaisar Konstantinus
mengadakan Konsili Nicea yang hasilnya konsili itu menegaskan bahwa formulasi
Athanasiuslah yang benar dan menolak pandangan Arius. Konsili menghasilkan
Credo (Syahadat Pendek) yang merumuskan Sabda Allah berasal dari kodrat Ilahi
dan bukan dari ciptaan.
2.
Konsili Ephesus, tahun 431
Nestorius adalah seorang uskup dan teolog
dari Siria. Oleh para musuhnya ia dipandang mengajarkan bahwa Yesus memiliki
dua pribadi yaitu manusia dan ilahi. Nestorius berpandangan bahwa ajarannya
sama dengan apa yang diputuskan oleh para pemimpin Gereja di Ephesus, dan
perbedaannya hanya dalam istilah saja.
Tetapi pada
saat itu secara umum dirasakan bahwa teologi Nestorius ditolak oleh konsili Ephesus. Maka mereka yang
mengikuti cara piker Nestorius lalu disebut “Nestorian” dan mereka ini terdapat
di kerajaan Romawi sebelah Timur yaitu Iraq
dan Iran.
Merekalah yang membawa iman kristiani ke India dan Cina.
3.
Konsili Kalcedon, tahun 451
Konsili ini
menolak ajaran Eutikes yang berpandangan bahwa Kristus memiliki satu kodrat
ilahi dan tidak memiliki kodrat manusiawi. Konsili Kalcedon sangat hati-hati
dengan membatasi diri untuk tidak membuat formulasi paten tentang hubungan
Yesus dengan Allah. Ini dibiarkan
terbuka bagi perkembangan pemahaman teologi di kemudian hari.
Gereja-gereja di Roma dan Konstantinopel
menerima ajaran Konsili Kalcedon, sedang Gereja di Mesir (Gereja Kopt) dan
Syria (Gereja Yakobit) menolaknya. Sejak itu Gereja Orthodox dan Syria tidak
bersatu lagi dengan Vatikan, Gereja Katolik dan Konstantinopel.
D.
Kontroversi Ikonoklast
Perdebatan
terjadi dalam kerajaan Byzantium
antara tahun 725-842, yaitu masalah penggunaan gambar-gambar dalam gereja.
Gereja Byzantium mempunyai tradisi menghiasi gedung gerejanya dengan mozaik
dari Yesus, Maria, dan para kudus, dan umat Kristiani menaruh hormat kepada
ganbar-gambar itu. Pada pemerintahan Kaisar Leo III (741), beberapa umat
kristiani merasa tidak senang atas penghormatan icon-icon itu.
Kontroversi
di kerajaan Byzantium
terjadi selam 150 tahun dan selama itu banyak icon dihancurkan dan banyak rahib
pendukung kuat penghormatan icon dibunuh. Akibatnya diadakan konsili Nicea II
(787), dan diputuskan bahwa penghormatan wajar kepada gambar diijinkan sejauh
orang beriman yang menggunakannya sadar bahwa bukan gambarnya tetapi orangnya
yang dilukiskan yang dihormati dan penghormatan yang sejati hanya pada Allah
saja. Kontroversi itu berakhir tahun 842 waktu Ratu Theodora menyatakan bahwa
gambar-gambar suci di tempat wajar untuk dihormati di seluruh Keraaan
Byzantium.
E.
Skisma Timur – Barat
Istilah
skisma berarti perpisahan/pecah antara dua lembaga kristiani, yang dasarnya
bukanlah ajaran. Skisma paling besar terjadi dalam sejarah Gereja Kristiani
ialah antara Gereja Konstantinopel dan Roma yang sering disebut “skisma
Timur-Barat”.
Meskipun ada
perbedaan pandangan tentang kuasa dalam gereja, umat kristiani Timur dan Barat
tetap bersatu sampai abad IX kemudian terjadi skisma lagi. Perpisahan antara
Konstantinipel dan Roma yang bersejarah ini terjadi tahun 1045.
Dalam
puluhan tahun akhir ini, gerakan persatuan gereja konstantinopel dan Roma mulai
menguat kembali. Paus Yohanes XXIII, Paulus VI dan Yohanes Paulus II telah
berkunjung ke Patriark Ekumenis di Istanbul dan sebaliknya. Kedua Gereja telah
membentuk suatu komisi bersama yang bertugas mempelajari guna terbentuknya
kesatuan Gereja yang penuh.
F.
Gereja Abad Pertengahan
Dengan
bertobatnya Kaisar Konstantinus (337) mengakui iman Kristiani, maka komunitas
kristiani yang dulunya sebagai sekte yang dikejar-kejar dalam Kerajaan Romawi,
menjadi Gereja yang diakui resmioleh negara. Ini membuat perubahan
besar-besaran dalam Gereja.
Penyalahgunaan
terjadi dalam hidup Gereja di abad pertengahan. Salah satu yang paling jelek
ialah ‘simonia’, yaitu penjualan jabatan dan hak-hak khusus agama. Paus, uskup dan para pastor berperan sangat
ekstrem dalam hidup Gereja.
Sebenarnya
terjadi juga beberapa gerakan pembaharuan dalam gereja abad tengah itu.
Beberapa menerima wewenang Paus dan berusaha menghilangkan penyalahgunaan yang
ada dalam gereja. Lainnya menolak Gereja Katolik sekaligus dan mencari bentuk
penghayatan hidup kristiani yang lebih murni.
G.
Reformasi
1.
Reformasi Protestan
Meskipun
banyak umat kristiani mengumandangkan pentingnya pembaharuan dalam gereja,
namun “peristiwa indulgensi”-lah yang meledakkan perpecahan dalam gereja
katolik di Barat. Tahun 1517, Martin Luther seorang rahib ordo St. Agustinus,
dari Jerman menempelkan daftar 95 thesis yang tidak setuju dengan unsur dogma
dan praktek agama yang tradisional.
Gagasan yang
dilontarkan Luther mencakup topik yang cukup luas, dan beberapa yang penting
adalah:
a. Keselamatan
hanya karena iman saja
b. Alkitab
adalah satu-satunya yang berwenang dalam hal iman kristiani
c. Menolak
sifat korban dari Ekaristi
d.
Memperluas
peran awam dalam liturgy dan kepemimpinan gereja
e. Independensi
gereja local dari Roma
f. Menolak
praktek-praktek keagamaan Katolik, seperti ziarah, puasa, pengakuan dosa
g.
Keberatan
akan adanya penyalahgunaan, sepaerti
penjualan indulgensi, simonia, dsb.
Gerakan Reformasi tercabik-cabik sewaktu
para pengikut Luther tidak setuju dengan macam-macam unsur dari teologi Luther
dan mereka memulai Gereja mereka sendiri. Contohnya: Zwingli memimpi
pembaharuan gereja di Swiss, melepaskan diri dari Luther karena berbeda
pendapat tentang kehadiran Yesus dalam Ekaristi. Yohanes Calvin menolak
pengertian imamat, pengaruh ini sangat kuat, khususnya di Swiss, Belanda, dan
Perancis dan Scotlandia.
Kelompok Anabaptis, bukanlah salah satu
gerakan, tetapi terdiri dari kelompok Protestan yang menolak baptis bayi dan
sangat menekankan penerimaan pribadi Yesus sebagai penebus. Di Inggris,
pembaharuan mulai dengan skisma yang dimulai oleh Henry VIII, yang menolak
huasa wewenang Roma tetapi tetap menerima aharan Katolik. Dibawah
Elisabeth, anak Henry VIII, unsure ajaran Protestan dimasukkan ke dalam gereja
Anglikan
2.
Kontra-Reformasi Katolik
Gereja
Katolik dipaksa mengakui kebenaran dakwaan dari kaum reformator. Banyak yang
setuju, tetapi dilain pihak umat Katolik percaya bahwa kaum reformator dalam
proses selanjutnya telah membuang beberapa unsure pokok iman kristiani dan
praktek hidup yang berharga.
Maka muncullah gerakan reformasi di dalam
Gereja Katolik yang disebut Kontra-Reformasi. Pada tahun 1545-1564, Paus
mengadakan Konsili Trente. Konsili ini mengakhiri banyak penyalahgunaan yang
dilontarkan oleh reformator dan menegaskan ajaran katolik tradisional dan
menetang ajaran baru kaum Protestan.
3.
Gereja Orthodox dan Reformasi
Tahun 1643
dan 1672, Gereja Orthodox menerima dua ‘Confessio’ dari iman kepercayaan
orthodox yang menentang pandangan Luther dan Calvin, dalam hubungan tradisi dan
gambar-gambar, jumlah dan makna sakramen dan keselamatan lewat iman dan
perbuatan.
Dalam dua
hal Gereja Orthodox sebagian setuju dengan pandangan Reformator tentang masalah
Canon Alkitab, dimana Orthodox menerima empat buku Apokripa (Tobit, Yudit,
Sirakh dan Kebijaksanaan). Sejalan
dengan reformator, mereka menolak pandangan Gereja Katolik tentang wewenang
Paus.
H.
Konsili Vatikan II (1962 – 1965)
Konsili
Ekumenis terakhir dalam Gereja Katolik
diadakan oleh Paus Yohanes XXIII guna memperbaharui Gereja Katolik selaras
dengan kebutuhan zaman modern. Konsili
itu mnghasilkan 16 dokumen. Beberapa hal yang penting dalam ajaran Konsili
ialah:
1.
keunggulan
Alkitab dalam iman Gereja;
2.
imamat semua kaum beriman;
3.
komitmen untuk menggalang kesatuan umat kristiani
(ekumenisme);
4.
keterlibatan aktif dalam perjuangan keadilan, damai dan
hak-hak azasi manusia;
5.
ibadah diadakan
dalam bahasa setempat kaum beriman;
6.
keselamatan Allah dalam kaum beriman agama lain.
I.
Gerakan Ekumenis
Tujuan
gerakan Ekumenis (kata Yunani “oikumene” berarti seluruh dunia yang dihuni)
dalam umat kristiani ialah untuk menemukan kembali kesatuan karena telah
terjadi perpecahan dalam komunitas kristiani sepanjang sejarah.
Gerakan
ekumenis dewasa ini dapat ditelusuri kembali ke Konferensi Edinburg. 1910 yang
memutuskan didirikannya Konferensi Kristiani Universal (1925), tentang Hidup
dan Sabda. Dua tahun kemudian, Konferensi Sedunia. 1927 tentang Iman dan
Tatanan, di Lausanne dan mempelajari dasar teologis untuk gereja dan kesatuan.
Pada pertemuan kedua, tahun 1937, dua lembaga itu bergabung menjadi satu
berwujud Dewan Gereja-gereja Sedunia. Lalu dibuatlah suatu konstitusi, 1938.
Akibat Perang Dunia II peresmian ditangguhkan dan baru dilaksanakan tahun 1948,
dan kota Geneva
dipilih sebagai pusat kantornya, sebab Swiss netral dalam masalah politik.
Pada Konsili Vatikan II, Gereja Katolik
memutuskan untuk ikut dalam gerakan ekumenis. Tahun 1964, Paus Paulus VI,
membuka suatu Sekretariat di Vatikan yang bertugas memajukan Kesatuan Umat
Kristiani. Saat ini, Gereja Katolik menjadi anggota penuh dari Dewan
Gereja-gereja setempat yang jumlahnya 58 negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar