Selasa, 30 Oktober 2012
Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat
A. Tugas Perutusan
Gereja Di Dalam Masyarakat
Pada pembahasan tugas perutusan gereja didalam
masyarakat ini akan dibahas tentang saling mengasihi di dalam memasyarakat, dan
sebagai ranting-ranting pokok anggur menjadi garam dan ragi masyarakat.
1.
Saling Mengasihi di Dalam Masyarakat
Orang
yang telah mengalami cinta kasih, wajib untuk membagikan cinta kasih itu kepada
orang lain. Kita sebagai umat Allah yang telah mengalami cinta Bapa, Putera dan
Roh Kudus secara berlimpah harus dapat memberi dan membagi cinta itu kepada
dunia dalam perbuatan-perbuatan nyata. Kita harus dapat melaksanakan
karya-karya cinta kasih didalam dunia agar dunia tahu bahwa kita adalah murid-murid
Tuhan.
Dunia dewasa ini
sangat membutuhkan cinta kasih. Segala masalah dan bencana yang menimpa dunia
disebabkan oleh kemiskinan cinta kasih. Banyak masalah tidak akan terselesaikan
tanpa cinta kasih. Mengenai cinta terhadap sesama, Yesus mengajarkan cinta yang
tidak pilih kasih, cinta tanpa perkotakan dan klasifikasi. Tidak terbatas pada
keluarga, suku, atau bangsa sendiri (Lukas 10:25-30). Lebih dari itu, kita
diajari untuk mencintai musuh-musuh kita (Lukas 6:27-36). Mencintai
sesama harus seperti mencintai diri sendiri (Mateus 22: 37-40). Cinta kepada
sesama merupakan bukti cinta kepada Tuhan (1 Yohanes 4:20).
2.
Kita Adalah Ranting Pokok Anggur (Yohanes 15:1-8)
Persatuan dengan
Yesus Kristus dibutuhkan dengan mutlak dalam karya dan pengamalan cinta kasih
kita kita kepada sesama. Motivasi, orientasi dan pola amal kita harus bertaut
pada Kristus, sebab kalau tidak, karya-karya amal kita tidak bersifat murni
lagi.
Maka dari itu,
di dalam usaha kita mengamalkan cinta kasih di dalam masyarakat kita harus mengusahakan
tiga hal. Pertama, memurnikan
motivasi kita terus menerus. Motivasi amal kita harus tetap karena amanat dan
pribadi Kristus sendiri. Kedua,
berorientasi pada Kristus. Setiap karya amal cinta kasih kita akhirnya harus
terarah pada Kristus, bukan kepada diri kita sendiri. Ketiga, seluruh pelaksanaan karya kita harus berpola pada pola
karya Yesus Kristus.
Kristus adalah
pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Ranting tidak dapat hidup
sendiri karena ia dihidupi oleh pokok anggur itu. Jadi, bila kehidupan yang
mengalir diranting-ranting itu sama dengan kehidupan yang mengalir didalam
pokok anggur, itu berarti bahwa orang-orang Katolik harus menjadi serupa dengan
Kristus.
3.
Menjadi Garam, Ragi, dan Terang (Mateus 5:13-16)
Kita
umat Katolik harus bisa menjadi garam, ragi dan terang dalam masyarakat. Garam
(Mateus 5:13) membuat makanan menjadi enak. Kehadiran orang Katolik harus
menjadi seperti garam bagi masyarakat. Ragi (Mateus 13:33) membuat ketan
menjadi tapai yang enak untuk disantap. Kehadiran orang Katolik harus seperti
ragi itu, membuat masyarakat menjadi lebih baik, maju dan berkembang. Terang
(Mateus 5:14-16) mengusir kegelapan dan membawa keceriaan. Kehadiran orang
Katolik harus turut mengusir semua yang gelap, suram, hitam dan tidak manusiawi.
Gereja menjadi terang bukan hanya dengan ajarannya, tetapi juga dengan
perbuatannya.
B. Keterlibatan
Gereja Di Dalam Masyarakat
Pada pembahasan keterlibatan gereja di dalam
masyarakat ini akan dibahas keprihatinan terhadap sikap materialistis, dampak
teknologi, ketidakjujuran, kemurnian, hak milik dan hak hidup
1.
Keprihatinan Terhadap Sikap Materialistis
Materialisme
adalah suatu pandangan yang menganggab bahwa materi (harta kekayaan berupa
uang, emas, rumah, dsb) adalah diatas segalanya. Semua yang tidak dapat
dinilai/diukur dengan materi dianggab tidak ada, sehingga Tuhan juga dianggap
tidak ada.
Ada
dua macam materialisme. Pertama, mereka menjadi materialisme karena percaya
pada ideologi materialisme. Kedua, materialisme praktis, yaitu orangnya tidak
mau disebut materialisme tetapi perbuatan dan tindakannya sungguh hanya mencari
keuntungan materi belaka.
Bahaya
materialisme bagi pribadi-pribadi adalah menjauhkan orang dari Tuhan dan
sesama, sebab materi menjadi paling utama bagi orang itu. Sesama diperalat dan
diperas demi materi. Sikap materialistis membuat orang menjadi tidak bahagia
karena ambisi yang kuat untuk memiliki materi.
Sebagai
umat Katolik, kita harus bisa memberi kesaksian dengan sikap dan perbuatan
bahwa materi bukanlah nilai tertinggi melainkan iman kepada Tuhan YME. Materi
tidak bersifat abadi. Kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai rohani.
2.
Keprihatinan Terhadap Ketidakjujuran
Sebagai
orang Kristiani kita dituntut bersikap jujur. Jujur artinya ada keselarasan
antara perkataan, perbuatan, dan sikap hidup. Nilai kejujuran terletak adalah
jaminan untuk saling percaya, merupakan dasar dari setiap pergaulan dan hidup
bersama yang sehat dan bahagia.
Sebagai
orang Kristen kita harus menghilangkan sebab-sebab yang menumbuhkan ketidakjujuran
itu. Kita harus memperjuangkan kejujuran dengan berbagai cara. Kita harus bisa
memberi kesaksian tentang kebenaran dan kejujuran.
3.
Keprihatinan Terhadap Hak Milik dan Kemurnian
Saat
ini, banyak orang tidak menghargai hak milik orang lain. Didalam sepuluh
perintah Allah, perintah ketujuh dan kesepuluh melindungi milik maupun hak
milik. Kedua perintah itu mewajibkan kita mengamalkan keadilan, yaitu merelakan
dan memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya.
Setiap
orang berhak atas sekian banyak millik pribadi, sehingga ia dapat hidup secara
layak. Di dalam kenyataan hidup, seseorang memiliki milik pribadi secara
berlebih, sedangkan yang lain serba kekurangan. Secara Kristiani,
kita seharusnya membagi harta di dunia ini secara adil.
Sistem Kapitalisme dan Komunisme
merongrong pribadi manusia dan peraturan Tuhan. Komunisme tidak mengakui hak
milik pribadi dan menyerahkan segala milik kepada negara. Sedangkan kapitalisme
mau menimbun harta di dalam tangan sekelompok kecil orang.
Tentang
dosa melawan kemurnian, Yesus menegaskan.”Telah kamu dengar bahwa ada
dikatakan, jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu, barang siapa memandang
seorang wanita dengan nafsu, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”
(Mateus 5:27-28). Dalam hati timbul segala pikiran jahat seperti pembunuhan,
zinah, percabulan. Semua itu menajiskan manusia” (Mateus 15:19-20).
Bahaya-bahaya
akibat perbuatan mesum antara lain merusak mental dan jasmani,
mengurangi/menghilangkan semangat bekerja, merugikan waktu dan dana, dsb. Oleh
karena itu, untuk menghindari permesuman hendaknya kita menghayati nilai-nilai
kemurnian, mengelak pada kegiatan yang mengarah pada kemesuman. Mengadakan
kegiatan untuk rekreatif dan mencipta, serta berdoa untuk mempertahankan
kemurnian.
4.
Keprihatinan Terhadap Hak Hidup
Ada
gejala didalam masyarakat bahwa nyawa manusia atau hak untuk hidup kurang
dihargai. Gejala tersebut dapat dilihat pembunuhan atau pembantaian,
pengguguran kandungan, euthanasia, narkoba dsb. Gereja mengajarkan bahwa hidup
kita itu pemberian dari Allah. Maka dari itu, hanya Tuhanlah yang berhak atas kehidupan kita.
Apa Saja: Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Apa Saja: Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Apa Saja: Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK