widget by : Willy-Masaubat

Selasa, 30 Oktober 2012

Kerukunan Antar Umat Beragama


A.    Masalah-Masalah Agama
Didalam masalah-masalah agama ini akan diuraikan dua bagian besar yaitu faktor ekstern dan intern yang berasal dari umat beragama.
1.      Faktor Ekstern Intervensi Pemerintah
            Dalam kurun waktu 32 tahun Regim ORBA berkuasa kehidupan umat beragama mengalami suasana yang memprihatinkan sekali dari segi kualitas, walaupun dari segi kuantitas nampak adanya kemajuan seperti bertambahnya tempat ibadah dll. Sebab dalam kurun waktu itu secara praktis diterapkan sistem pemerintahan otoriter yang represif demi statusquo Regim ORBA.
            Penguasa regim terlalu jauh mencampuri urusan keagamaan dengan akibat terjadi pelanggaran hak-hak asasi pemeluk agama. Dalam situasi konflik demikian penguasa regim memanfaatkannya dan tidak segan-segan memihak salah satu kelompok yang sedang berkonflik. Alhasil ada kelompok yang diuntungkan dan dirugikan dan lazimnya adalah kelompok minoritas. Padahal menurut penalaran sehat, justru kelompok minoritaslah wajib dilindungi dan dihormati hak-hak azasi kemanusiaannya.
2.      Faktor Intern Berasal dari Umat Beragama
            Di dalam menghayati agamanya terdapat sebagian pemeluk agama bersikap dan berperilaku fanatik buta. Akibatnya kelompok pemeluk agama ini cenderung memisahkan diri dari kehidupan masyarakat. Kelompok pemeluk agama yang eksklusif tidak segan-segan dalam mencapai kepentingannya menempuh jalur politik: Berkolusi dengan penguasa regim bersedia diperalat demi kepentingan politik regim.
            Dengan konstelasi politik demikian ini umat beragama secara keseluruhan sulit untuk saling bersikap dan berperilaku toleran. Padahal toleransi adalah sikap yang tdak menolak perbedaan-perbedaan: Sikap awal yang baik untuk mengadakan dialog.
            Melalui dialog masing-masing pihak bisa menukarkan inspirasi yang terkandung dalam agama masing-masing, nilai-nilai luhur masing-masing agama saling diungkapkan untuk menjadi kekayaan bersama. Melalui sikap dan perilaku toleransi masing-masing pihak kelompok beragama dapat maju bersama.

B.     Makna Agama Dalam Kehidupan
Pada makna agama dalam kehidupan ini akan diuraikan dua bagian besar yaitu:
1.      Makna Agama Bagi Kehidupan Politik
            Mencermati masalah kehidupan beragama, maka seharusnya agama tampil berperan memberi petunjuk bagaimana mengatasi konflik dan merangkumnya menjadi sebuah makna bagi kehidupan manusia, khususnya kehidupan politik. Dalam hal ini agama bisa berperan melengkapi keterbatasan politik dalam mengatasi masalah pokok yang dialami oleh manusia, yang ternyata tidak cukup dari segi sosialnya saja.
            Salah satu peran agama adalah menjalankan fungsi tugas kenabian/peran kritisnya terhadap lembaga/kekuasaan yang membunuh Roh Agama: semangat dasariah dalam mengemban panggilan menegakkan Kerajaan Allah didunia. Peran agama harus dicari sedemikian rupa, sehingga mampu memberi petunjuk mengatasi masalah-masalah dan merangkumnya mengingat keterbatasan birokrasi modern untuk menjangkaunya. Karenanya, kini dan masa depan mutlak dibutuhkan inter-relasi kerjasama yang harmonis antara agama dan politik.
2.      Makna dan Peran Agama Katolik Bagi Kehidupan Umat Beragama
            Dalam bersikap dan menjalin hubungan dengan umat beragama lain, gereja katolik mengajarkan untuk melihat persamaan-persamaan yang dihadapi oleh umat manusia dan bagaimana bersama-sama menghadapi keadaan itu. Disamping itu mencoba melihat juga hal-hal yang tidak sama yang dapat mendatangkan pertentangan untuk dipecahkan bersama demi kesejahteraan bersama.
            Umat katolik terpanggil untuk berperan dalam kehidupan beragamanya untuk menghayati dan mewujudkan sikap dan perilaku yang bersifat inklusif, pluralis, dan utuh terbuka.
            Inklusif artinya, bersikap terbuka dengan menghargai kenyataan diluar lingkungan katolik. Tidak menganggap bahwa agamanya sendiri benar. Paralelis atau pluralis artinya, bersikap menerima bahwa ada perbedaan dengan agama lain namun tetap menghormatinya baik ajarannya maupun mengenai pemeluk ajaran agama yang berbeda dan tidak begitu saja mengambil alih. Sedangkan utuh terbuka maksudnya, merupakan perkembangan sikap inklusif dan pluralis.
3.      Hubungan (Kerukunan Hidup) Antar Umat Beragama
            Bermacam ragam corak hubungan antar umat beragama yang antara lain mengambil bentuk konflik, toleransi dan dialog. Persaudaraan sejati dapat dibangun berdasarkan toleransi dan dialog, yaitu ketika orang telah mengalami banyak hal yang pada dasarnya sama didalam ajaran-ajaran agama, dan ketika nilai-nilai luhur dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk hidup bersama dapat dijadikan dasar kerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin bersama.
            Kerjasama itu bagi umat katolik bukan hanya karena didasarkan kenyataan kebersamaan hidup dengan umat beragama lain, tetapi juga didasarkan pada iman katolik yang bersumber dalam kitab suci, tradisi, dan megisterium gereja. Sehubungan dengan ini, maka perlu penyelidikan lebih dahulu naskah kitab suci. Naskah-naskah tersebut bisa dipakai rujukan untuk menggunakan cara berpikir mengenai keselamatan. Ada 3 cara berpikir mengenai keselamatan sbb:
a.       Cara Berpikir Eklesiosentris : cara berpikir ini berpendirian bahwa keselamatan seseorang dapat diperoleh dari gereja (berpusat pada gereja).
b.      Cara Berpikir Kristosentris : cara berpikir ini berpendirian bahwa keselamatan diperoleh langsung dari Yesus Kristus (berpusat pada Kristus) Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus dan keselamatan itu terjadi dalam setiap kebersamaan yang mengakui Yesus Kristus sebagai Juru Selamatnya.
c.       Cara Berpikir Theosentris : cara berpikir ini berpendirian bahwa keselamatan  bersumber langsung dari Allah (berpusat pada Allah). Allah menyelamatkan semua manusia dan berita mengenai keselamatan tersebut disampaikan kepada manusia melalui para Utusan Allah: Musa, Yesus, Mohammad, Budha Gautama, Khong Hoe Tjoe dlsb.
            Berdasarkan ajaran dokumen Konsili Vatikan II kita dianjurkan untuk bersikap rendah hati (penuh pertobatan dalam diri sendiri) berusaha menghormati orang yang beragama lain, mencari titik temu/persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk bekerjasama dalam karya-karya sosial, kesehatan, pendidikan, kerja bakti menanggulangi musibah, bencana alam, dan karya kemanusiaan lainnya. Sebab melalui karya-karya demikian kita akan  semakin mengalami kebersamaan hidup dalam berkarya nyata sebagai aktualisasi iman masing-masing umat beragama.
            Kita semua diundang untuk mengubah suasana yang sewaktu-waktu dapat mengancam kerukunan hidup antar umat beragama. Oleh karena itu pertama-tama diperlukan perubahan sikap supaya tindakan kitapun diharapkan juga bisa berubah, misalnya mendatangkan solusi atas konflik. Maka kita harus mencermati apakah konflik betul-betul ditimbulkan oleh umat beragama sendiri atau karena adanya ulah rekayasa dari pihak luar yang tidak bertanggungjawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar