Rabu, 28 Maret 2012
UNSUR DAN CIRI KALIMAT (EFEKTIF)
KALIMAT
Pendahuluan
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan
kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan,
kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1)
satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan
kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa
sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan predikat,
baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu
didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi
oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan
intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang
diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma
(,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang
intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru
(!).
Ciri-Ciri Kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh.
Mengandung
urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam
paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Fungsi
sintaksis pada hakikatnya adalah tempat yang dapat diisi oleh bentuk
bahasa tertentu. Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap(Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat
harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang
harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan predikat, sedangkan
unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1. Subjek
Fungsi
subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu predikat.
Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat didahului
oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat
disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak
didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
(7) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan
dengan kata bukan.
2. Predikat
Predikat
merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau
subjek. Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian kalimat
yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat
berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba
atau frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat
berintonasi lebih rendah, 5) predikat merupakan unsur kalimat yang
mendapatkan partikel –lah, 6) predikat dapat merupakan jawaban dari
pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) ataubagaimana (pokok
kalimat).
3. Objek
Fungsi
objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: 1) berupa nomina atau frasa nominal, 2)
berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif),
3) dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, 4) objek dapat menggantikan
kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan.
4. Pelengkap
Pelengkap
adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya
mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal
dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.
Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) pelengkap kehadirannya dituntut
oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefik
ber- dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks
ter-, 2) pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti
predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, 3)
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di
belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap
berada di belakang objek, 4) pelengkap tidak dapat diganti dengan
pronomina –nya, 5) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif
tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan
kalimat pasif.
5. Keterangan
Keterangan
adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Keterangan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan
tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat
berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, 3) keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan
klausa terikat.
Fungsi
keterangan ini memiliki banyak jenis, misalnya keterangan tempat,
waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab, akibat, syarat, dll.
Jenis Jenis Kalimat
Pembagian
jenis-jenis kalimat didasarkan pada beberapa kriteria. Secara umum para
ahli mengklasifikasikan kalimat dalam beberapa jenis yaitu:
1. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat
inti sering juga disebut sebagai kalimat dasar atau biasa didefinisikan
sebagai kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat
deklaratif, aktif atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti juga biasa
didefinisikan sebagai kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat,
yaitu unsur subjek dan predikat, tanpa mengalami perluasan pada salah
satu unsurnya.
Jika
kalimat inti telah mengalami perubahan berupa susunan katanya atau
intonasinya, kalimat tersebut tidak menjadi kalimat inti lagi, walaupun
masih merupakan kalimat mayor. Kalimat tersebut menjadi kalimat
transformasional (noninti). Perubahan dari kalimat inti menjadi kalimat
transformasional dapat dilakukan dengan cara mengubah tata urut
unsur-unsur intinya, mengubah intonasi netralnya, atau memperluas
kalimat.
Kalimat
inti dapat berubah menjadi kalimat noninti dengan melalui proses
transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan,
pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan penambahan.
inti tersebut.
Contoh :
Nita memukul lalat.
Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat tersebut dapat menjadi noninti yaitu:
Lalat dipukul Nita. (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat, (pengingkaran)
Pukulah lalat itu! (perintah)
Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)
Memukul lalat Nita. (inversi) dan sebagainya.
2. Kalimat Tunggal dan Majemuk
Pembeda
antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah klausa yang
ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal jika
dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang
dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih
dari satu klausa.
Kalimat
mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif
(kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk
bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.
Kalimat
majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya
memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Sebagai
penghubung antar klausa dalam kalimat majemuk koordinatif digunakan
konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan lalu.
Kalimat
majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud
ketidaksetaraan ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini
menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang bertindak sebagai klausa
atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi
yang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau,
ketika, meskipun, karena dan lain sebagainya.
Kalimat
majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa
atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan
ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat
ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif dengan
kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah
kalimat majemuk campuran.
3. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan
kalimat menjadi kalimat mayor dan minor didasarkan pada kelengkapan
Klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat tersebut. Jika kalimat
tersebut lengkap atau sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat, kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat mayor. Jika kalimat
atau klausa yang menjadi dasar kalimat tersebut tidak lengkap, misalnya
hanya mengandung unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, ataupun
keterangan saja, maka kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat minor.
kalimat
minor walaupun tidak memiliki unsure yang lengkap sebagai sebuah
kalimat, tetap mudah untuk dipahami. Hal tersebut karena kalimat minor
terikat oleh konteks pembicaraan yang diketahui oleh pendengar dan
pembicaraanya. Konteks di sini menyangkut konteks kalimat, konteks
situasi, dan konteks topic pembicaraan. Termasuk dalam jenis kalimat
minor misalnya: jawaban singkat, kalimat salam, kalimat seruan,
perintah, dan lain sebagainya yang memiliki konteks dalam pembicaraan.
Contoh kalimat minor:
Sedang mengetik. (Predikat saja)
Cepat tutup! (perintah)
Selamat pagi! (salam)
Maju terus pantang mundur!
Kurang ajar!
Ya, bagus!
4. Kalimat Verbal dan Non-Verbal
Kalimat
verbal merupakan kalimat yang dibentuk oleh klausa verbal, yaitu
kalimat yang predikatnya berupa kata atau frasa berkatagori verba.
Sedangkan kalimat non-verba merupakan kalimat yang predikatnya bukan
merupakan kata atau frasa berkatagori verba (non-verba), seperti
nominal, adjektiva, adverbial, dan numeria.
5. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Pengklasifikasian
kalimat menjadi kalimat bebas dan kalimat terikat terkait dengan
kedudukan kalimat dalam wacana. Seperti diketahui bahwa wacana tersusun
atas kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan. Dalam wacana /
paragraph kalimat bukan merupakan satuan yang berdiri sendiri yang tidak
berkaitan satu dengan yang lain. Kalimat dalam paragraph merupakan
kesatuan yang berhubungan satu sama lain yang pada akhirnya dapat
membentuk sebuah paragraph atau wacana yang utuh dan memiliki makna.
Dalam kaitan inilah kalimat dibedakan menjadi 2 yaitu kalimat bebas dan
kalimat terikat.
Kalimat
bebas merupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran
lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph/ wacana tanpa bantuan
konteks atau kalimat lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat
merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap, atau menjadi pembuka paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks.
Kalimat
terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti
penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Selain penanda
anaforis (-nya), konjungsi antarkalimat juga merupakan penanda sebuah
kalimat terikat (makanya, oleh karena itu, jadi).
Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat dilihat dari peran subjeknya dibedakan menjadi 2, yaitu kalimat aktif dan pasif.
1. Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri
penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata
kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit
kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut,
a. Bu Lurah sedang asyik makan tape.
b. Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih.
c. Saya akan pergi sekarang juga.
d. Toni memukul Toni.
Dalam
kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu kegiatan,
yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat aktif.
Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa
konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja
aktif.
Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat dibagi kedalam empat kelompok.
a.
Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya
memerlukan objek. (1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil
nasional. S P O (2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah
dua kali. S P O K
b.
Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya
memerlukan pelengkap. Contoh: (1) Pengembangan industri nasional
bergantung pada ntutu SDM-nya. S P Pel. (1) Usahanya hanva bermodalkan
kejujuran dan keberanian. S P Pel.
c.
Kalimat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek
dan pelengkap secara sekalius. Contoh: (1) Kakak meminjami kawannya
sebuah novel. S P O Pel. (2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel.
d.
Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak
memerlukan objek ataupun pelengkap. Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S P
Ket. (2) Ani bernyanyi.
2. Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau tindakan,
baik itu disengaja ataupun tidak. Kalima aktif, antara lain, ditandai
oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-. Contoh:
a. Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
b. Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
c. Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan
keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan
oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di
bawah ini.
a.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Ø Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut.
Ø Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Ø Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat
(a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu
yaitu “Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes”.
Kalimat
b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nomial, sebagai berikut “Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang”.
Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tatabahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Misal kata merah sudah mencakupi kata
warna (Ia memakai baju warna merah dapat diperhemat menjadi Ia memakai
baju merah).
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat. Misal kata naik bersinonim dengan ke atas.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan
kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya: para tamu-tamu seharusnya para
tamu
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Ø Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Ø Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat
ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya “Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri”.
Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang
panjang dan bertele-tele. Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan
kalimat di bawah ini.
a. Waktu dan tempat kami persilakan.
b. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
d. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
Bapak Menteri kami persilakan.
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar