widget by : Willy-Masaubat

Sabtu, 13 Oktober 2012

Proses Pembelajaran dalam Bimbingan dan Konseling

Pendidikan  bertugas  untuk  menyiapkan  peserta  didik  agar  dapat mencapai  peradaban  yang  maju  melalui  perwujudan  suasana  yang kondusif,  aktivitas  pembelajaran  yang  menarik  dan  mencerahkan,  serta proses pendidikan yang kreatif. Pendidikan juga menciptakan kemandirian baik pada  individu maupun bangsa. Pendidikan yang menumbuhkan  jiwa kemandirian  sangat  penting  untuk  dapat  bertahan  dalam  menghadapi pasar bebas. Oleh karena itu pendidikan harus menjadi bagian dari proses perubahan  bangsa  menuju  masyarakat  madani,  yakni  masyarakat demokratis,  taat,  hormat,  dan  tunduk  pada  hukum  dan  perundang-undangan, melestarikan keseimbangan lingkungan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.


Sasaran  umum  pendidikan  yaitu  pengembangan  potensi  peserta  didik untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sasaran umum pendidikan  juga  menjadi  sasaran  di  dalam  kegiatan  konseling  yang dilakukan  oleh  konselor  yang  bekerja  dalam  berbagai  jenis,  jalur,  dan jenjang pendidikan.

Pendidikan  harus  dilakukan  oleh  pendidik  sebagai  tenaga  profesional. Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 6 menyatakan bahwa:
”Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai  guru,  dosen,  konselor,  pamong  belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”. 

Ketetapan  konselor  sebagai  tenaga  pendidik  membawa  konsekuensi bahwa  konselor  wajib  memenuhi  persyaratan  profesional  sebagai pendidik sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  Pasal  28  ayat  (1)  Pendidik  harus  memiliki  kualifikasi  akademik  dan  kompetensi  sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan  tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pada ayat (2) Kualifikasi  akademik  yang  dimaksud  pada  ayat  (1)  adalah  tingkatan pendidikan  minimal  yang  harus  dipenuhi  oleh  seorang  pendidik  yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seorang pendidik, termasuk konselor wajib memahami dan mengamalkan dengan sebaik-baiknya pengertian dan batasan pendidikan yang menjadi wilayah  kerja  profesionalnya,  sebagaimana  diamanatkan  dalam  UU Nomor  20  tahun  2003  Pasal  1  butir  1,  yaitu  ”Pendidikan  adalah  usaha sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 

Semua  tenaga  profesional  pendidik  diwajibakan  memenuhi  persyaratan dan melaksanakan fungsi dan tugas profesional dalam wilayah pendidikan dalam pengertian dan batasan yang amat  luas  itu, sesuai dengan setting penugasannya.  Pada  setting  sekolah,  bertugas  dua  jenis  pendidik, yaitu guru  (pengampu  bidang  studi  atau  mata  pelajaran)  dan  konselor (pengampu pelayanan konseling). Meskipun kedua  tenaga profesional  itu
bekerja  pada  wilayah  kerja  yang  sama,  yaitu  wilayah  pendidikan,  lebih khusus  lagi  pada  setting  sekolah,  keduanya menangani  bidang  kegiatan yang  berbeda,  yaitu  (1)  Guru,  menyelenggarakan  proses  pembelajaran melalui  kegiatan  pembelajaran  dalam  bidang  studi  atau  mata  pelajaran tertentu  pada  satuan  pendidikan  tertentu;  dan  (2)  Konselor, menyelenggarakan  proses  pembelajaran  melalui  kegiatan  pelayanan konseling  dalam  bidang  pengembangan  pribadi,  kemampuan  sosial, kemampuan belajar, dan pengembangan karir pada satuan pendidikan. 

Kualifikasi  dan  kompetensi  pendidik    harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal  tentang sistem  pendidikan  di  seluruh wilayah  hukum Negara  Kesatuan Republik Indonesia.  Standar  Nasional  Pendidikan  berfungsi  sebagai  dasar  dalam perencanaan,  pelaksanaan,  dan  pengawasan  pendidikan  dalam  rangka mewujudkan pendidikkan nasional bermutu. Standar Nasional Pendidikan
bertujuan  menjamin  mutu  pendidikan  nasional  dalam  rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa  yang  bermartabat.  Standar  Nasional  Pendidikan  yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan  (BSNP) berlaku efektif  dan mengikat  semua  satuan  pendidikan  secara  nasional  setelah
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Kualifikasi  dan  kompetensi  Guru  dan  Konselor  telah  dikembangkan standarnya  oleh  BSNP  dan  ditetapkan  dengan  Peraturan Menteri. Guru telah  diatur  dengan  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Nomor  16 Tahun 2007  tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, sedangkan  konselor  telah  diatur  dengan  Peraturan  Menteri  Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. 

Standar  Kualifikasi  dan  Kompetensi  Pendidik  secara  bertahap  harus dipenuhi dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar  Nasional  Pendidikan  Pasal  94  butir  c  dinyatakan  Standar kualifikasi pendidik berlaku efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak ditetapkannya  Peraturan  Pemerintah  ini.  Ini  berarti  bahwa  pada  tahun 2020  tenaga  pendidik  di  Indonesia  harus  sudah  memenuhi  standar kualifikasi  dan  kompetensi  yang  ditetapkan  oleh  Standar  Nasional Pendidikan, sehingga pendidikan bermutu akan segera diwujudkan.
Konselor sebagai pendidik profesional akan melakukan konseling sebagai salah  satu upaya pendidikan untuk membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan  dirinya  secara  optimal  sesuai  dengan  tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. 

Upaya  konseling  adalah  membantu  individu  mengaktualisasikan  dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan  intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan  sosial,  dan kecerdasan  kinestetik,  sehingga  akan  dapat diwujudkannya  manusia  yang  berhasil  sebagai  pribadi  mandiri(mahluk individu), sebagai elemen dari sistem sosial yang saling berinteraksi dan mendukung  satu  sama  lain  (mahluk  sosial),  dan  sebagai  pemimpin  bagi terwujudnya  kehidupan  yang  lebih  baik  di  muka  bumi  (mahluk  Tuhan).
Konseling  merupakan  proses  yang  menunjang  pelaksanaan  program pendidikan di sekolah, karena program-program konseling meliputi aspek-aspek  tugas  perkembangan  individu,khususnya  menyangkut  kawasan kematangan  pendidikan  dan  karir,  kematangan  personal  dan  emosional, serta  kematangan  sosial.  Hasil  konseling  pada  kawasan  ini  menunjang keberhasilan pendidikan umumnya.

Konselor  dalam merencanakan  konseling  harus mengacu  kepada  upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang mampu menghasilkan  lulusan yang  beriman,  berilmu,  beramal  dan  berahlak  mulia,  yang  memiliki keunggulan  komparatif  dan  dan  kompetitif  di  era  global.  Keunggulan  itu dapat dicapai melalui penguasaan  ilmu pengetahuan,  teknologi dan seni, serta keterampilan hidup yang bermartabat. Oleh karena  itu perencanaan program  konseling  harus  memperhatikan  aspek-aspek  perkembangan,
kebutuhan,  dan  masalah  peserta  didik,  strategi  layanan,  dan  personal. Perencanaan program harus diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik,  ini merupakan  tahap awal dan menjadi titik  tolak  dari  berbagai  kegiatan  yang  akan  dilakukan.  Program  yang direncanakan  harus  bersifat  komprehensif  dan  memperhatikan
kontinyuitas  tahap-tahap  perkembangan  sejak  dari  pendidikan  di  TK sampai SLTA (atau perguruan tinggi).

Target  intervensi  konseling  adalah  semua  peserta  didik  yang  ada  di sekolah  yang  bersifat  pencegahan  dan  pengatasan  masalah,  dan diarahkan  kepada  pemberian  kemudahan  dalam  rangka  perkembangan dan  pertumbuhannya.  Oleh  karena  itu  pelayanan  konseling  merupakan usaha  membantu  individu  mencari  dan  menetapkan  pilihan  serta mengambil  keputusan  yang  menyangkut  kehidupan  pribadi,  kehidupan
sosial,  kegiatan  belajar,  perencanaan  dan  pengembangan  karir, kehidupan  berkeluarga,  serta  kehidupan  keberagamaan.  Pelayanan konseling  didasarkan  atas  hakikat  konseling  sebagai  filsafat,  komitmen, pandangan  hidup,  sikap,  tindakan  dan  pandangan mendunia  yang mewarnai  komitmen  tenaga  profesi  konseling  atas  pekerjaannya  dan mendukung upaya-upaya pendidikan bermutu di sekolah.

Proses  pembelajaran  dalam  bimbingan  dan  konseling mencakup  bidang pengembangan  kehidupan  pribadi,  pengembangan  kehidupan  sosial, pengembangan  kemampuan  belajar,  dan  pengembangan  karir. Pengembangan  kehidupan  pribadi,yaitu  bidang  pelayanan  yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan
potensi  dan  kecakapan,  bakat  dan  minat,  serta  kondisi  sesuai  dengan karakteristik  kepribadian  dan  kebutuhan  dirinya  secara  realistik.

Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta  didik  dalam  memahami  dan  menilai  serta  mengembangkan kemampuan  hubungan  sosial  yang  sehat  dan  efektif  dengan  teman sebaya,  anggota  keluarga,dan  warga  lingkungan  sosial  yang  lebih  luas. Pengembangan  kehidupan  belajar,  yaitu  bidang  pelayanan  yang
membantu  peserta  didik  mengembangkan  kemampuan  belajar  dalam rangka  mengikuti  pendidikan  sekolah/madrasah  dan  belajar  secara mandiri.  Pengembangan  karir,  yaitu  bidang  pelayanan  yang  membantu peserta  didik  dalam memahami  dan menilai  informasi,serta memilih  dan mengambil keputusan karir.

Proses  pembelajaran  melalui  pelayanan  bimbingan  dan  konseling berfungsi pemahaman,  pencegahan,  pengentasan,  pemeliharaan  dan pengembangan, dan advokasi. 

Fungsi pemahaman, yaitu membantu peserta didik memahami diri dan lingkungan. 

a.      Fungsi  pencegahan,  yaitu  membantu  peserta  didik  mampu  mencegah atau  menghindarkan  diri  dari  berbagai  permasalahan  yang  dapat menghambat perkembangan dirinya. 
b.      Fungsi pengentasan, yaitu membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. 
c.       Fungsi  pemeliharaan  dan  pengembangan,  yaitu  membantu  peserta didik  memelihara  dan  menumbuhkembangkan  berbagai  potensi  dan kondisi kondusif positif yang dimilikinya. 
d.      Fungsi advokasi, yaitu membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan nya yang kurang mendapat perhatian.

Proses  pembelajaran  melalui  pelayanan  bimbingan  dan  konseling dilaksanakan oleh Guru BK atau konselor melalui berbagai  jenis  layanan, yang terdiri dari 9 jenis layanan, yaitu:
a.      layanan orientasi, 
b.      layanan informasi, 
c.       layanan penempatan dan penyaluran, 
d.      layanan penguasaan konten, 
e.      layanan konseling perorangan, 
f.        layanan bimbingan kelompok, 
g.      layanan konseling kelompok, 
h.      layanan konsultasi, dan 
i.        layanan mediasi. 

Standar  operasional  prosedur  Guru  BK  atau  konselor  dalam melaksanakan pembelajaran melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: 
a.      merencanakan layanan yang diorientasikan pada kebutuhan sasaran
a.      layanan; 
b.      menyiapkan/mengorganisasikan  kondisi  sasaran  dan  sarana
c.       penyelenggaraan layanan; 
d.      melaksanakan layanan sesuai dengan perencanaan; 
e.      melakukan  penilaian,  meliputi  penilaian  hasil  dan  penilaian  proses
f.        pelayanan; dan 
e.      melakukan tindak lanjut, sesuai dengan hasil penilaian.

Proses  pembelajaran melalui  pelayanan  bimbingan  dan  konseling  harus dapat  diciptakan  suasana  kewibawaan  antar  guru  BK  atau  konselor dengan peserta didik, yang  tujuannya adalah dalam rangka mendekatkan dan melekatkan  hubungan  guru BK  atau  konselor  dengan peserta  didik, yang meliputi:
a.      pengakuan dan penerimaan, 
b.      kasih sayang dan kelembutan, 
c.       penguatan, 
d.      tindakan tegas yang mendidik, serta 
e.      pengarahan dan keteladanan. 

Kewibawaan  guru  BK  atau  konselor  yang  tidak  didasarkan  pada  status, dan/atau  kekuasaan, melainkan mengacu  sepenuhnya  kepada  nilai-nilai kemanusiaan yang  tertuang di dalam kaidah-kaidah harkat dan martabat manusia.  Itu membuat  hubungan  antara  peserta  didik  dengan  guru  BK atau konselor menjadi dekat, hangat, nyaman, terbuka, serta diwarnai oleh berbagai  kualitas  positif  lainnya  yang memperkembangkan  peserta  didik sebagai sasaran layanan. 

Suasana kewibawaan terjadi saling menghargai, saling membesarkan dan saling meninggikan antara sasaran layana (peserta didik) dengan guru BK atau konselor, semua berdasarkan harkat dan martabat manusia. Guru BK atau  konselor  dalam  segenap  pandangan,  sikap  dan  perbuatan,  dan perlakuannya harus dirasakan oleh peserta didik sebagai sasaran layanan benar-benar  membesarkan  dan  meninggikan  harkat  dan  martabatnya.
Tindakan  tegas  yang  mendidik  dalam  upaya  membantu  peserta  didik mencapai  tujuan  yang  ingin  dicapai  melalui  pelayanan  bimbingan  dan konseling dan dirasakan oleh peserta didik sesuatu yang hangat, nyaman, dinamis,  dan  merangsang  untuk  memahami  permasalahan  dan bagaimana seharusnya diperbuat sehingga tujuan dapat tercapai.

Pemahaman, pengakuan dan penerimaan guru BK atau konselor terhadap peserta  didik  sebagai  sasaran  layanan menjadi modal  hubungan  antara keduanya.  Guru  BK  atau  konselor  mengawali  hubungan  itu  dengan sepenuhnya menerima apa adanya, tanpa adanya penilaian atau memberi cap pada diri peserta didik. 

Hubungan  yang  diawali  dan  didasari  oleh  kebaikan  kemanusiaan  itu, selanjutnya  diwarnai  secara  kental  oleh  suasana  kasih  sayang  dan kelembutan. Kasih sayang dan kelembutan bukan kelemahan, melainkan kekuatan  dalam  menjalin  kesejukan  hati,  kejernihan  pikiran,  dan kenyamanan  perasaan,  yang  semuanya  merupakan  warna  lapangan kehidupan bersama antara peserta didik dan guru BK atau konselor. 

Suasana hubungan yang sejuk, jernih dan nyaman itu dihiasi pula dengan bunga-bunga  keceriaan  yang  menggembirakan  dengan  diberikan senyuman,  pujian,  hadiah,  dan  bentuk  lainnya,besar  atau  kecil  terhadap kesuksesan atau kemajuan, perilaku positif yang menggembirakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar