Minggu, 28 Oktober 2012
Cuaca dan Iklim
A. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah
tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu
terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa
jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa
berbedabeda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca
selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca
hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan.
Untuk negara negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam
dan sangat akurat (tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan
meliputi wilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting
dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali
iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah,
massa udara, pegunungan, arus laut dan badai. Perlu Anda ketahui bahwa ilmu
yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca
disebut Meteorologi.
B. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim,
yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara dan curah hujan.
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan
panas atau dinginnya udara. Alat
untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius
(C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah
di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain
pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian
bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu
udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu semacam ini
disebut gradient temperatur
vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu
udara suatu daerah adalah:
a. Lama penyinaran matahari.
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.
Matahari merupakan sumber panas. Pemanasan udara dapat
terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan
tidak langsung.
a. Pemanasan secara
langsung
Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui
beberapa proses sebagai berikut:
1) Proses absorbsi
adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari,
misalnya sinar gama, sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap
radiasi matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi
adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi
dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan
partikel-partikel lain di atmosfer.
3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang
pendek biru dan lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit
berwarna biru.
b. Pemanasan tidak
langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan
cara-cara berikut:
1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan
udara bagian bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada
lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke
atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang
horizontal (mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak
teratur dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali
ke atmosfer.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 4 berikut.
GAMBAR BUMI DAN MATAHARI
Rata-rata suhu tahunan, di Indonesia sekitar 26,8o C.
Dalam peta, daerah daerah yang suhu udaranya sama dihubungkan dengan garis isotherm.
3. Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun
udarapun mempunyai berat dan tekanan. Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat
diukur dengan menggunakan barometer. Orang
pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang
digunakannya adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang
bekerja untuk menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu.
Tekanan udara semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut.
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
sama tekanan udaranya disebut isobar. Bidang
isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan udara sama. Jadi
perbedaan suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang banyak
menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu,
daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara
tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
4. ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting
yang menyangkut sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin
a. Kekuatan Angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding
lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah
angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15
meridian (111 km).
b. Arah Angin
Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin
biasanya adalah derajat.
1 derajat untuk angin arah dari Utara.
90 derajat untuk angin arah dari Timur.
180 derajat untuk angin arah dari Selatan.
270 derajat untuk angin arah dari Barat.
Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan
ke mana angin
itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke
daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan
sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient
barometrik, makin besar pula kekuatannya.
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan
bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arahangin. Pembelokan angin di
ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar.
Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar dengan garis
isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di
atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai
contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau
ke atas.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul
udara mempunyai kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi.
Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk
bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke
arah kutub. Lihat tabel 3. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut
anemometer.
d. Sistem Angin
1) Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang
tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa).
a) Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi
Utara.
b) Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi
Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini
bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara
tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin
passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai
dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah
DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah
doldrum (wilayah tenang).
2) Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah
kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di
belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi
Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o
- 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal
sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan
permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di
Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia.
Di daerah Subtropik (30o – 400
LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas,
dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS
terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah
doldrum”
3) Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum
subtropis Utara dan Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang
Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi Utara tidak
begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh
angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang 60o LS. Di sini
bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat
daerah dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke
daerah minimum subpolar (60o LU/LS).
Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini
bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah secara
berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup
angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang
basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada
belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh
pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat
tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan
udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke
benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di
belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena
angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap
air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan.
Musim penghujan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja
persebarannya tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin berkurang karena
kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April – Oktober, matahari berada di belahan
langit Utara, sehingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia.
Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di
Australia terdapat pusatpusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya
angin dari Australia menuju Asia. Di Indonesia, terjadi angin musim timur di
belahan bumi Selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi Utara. Oleh
karena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap
air oleh karena itu pada umumnya di Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi Tenggara,
dan pantai Selatan Irian Jaya. Antara kedua musim tersebut ada musim yang
disebut Musim Pancaroba (Peralihan),
yaitu: Musim Kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau, dan Musim Labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim
penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah
angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan
lebat.
6) Angin Lokal
Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin
lokal (setempat) yaitu sebagai berikut:
1. Angin darat dan angin
laut
Angin ini terjadi di daerah pantai. Pada siang hari
daratan lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup
dari laut ke darat, disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari
daratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan
bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke
laut, disebut angin darat
2. Angin lembah dan angin
gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada
dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih
terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin
lembah. Sebaliknya pada malam hari udara mengalir dari gunung ke lembah menjadi
angin gunung.
3. Angin Jatuh yang
sifatnya kering dan panas
Angin jatuh atau Fohn ialah angin jatuh bersifatnya
kering dan panas terdapat di lereng pegunungan Alpine. Sejenis angin
ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok
(Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa
Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
5. Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan
samudra (sumber yang utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau,
sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin
banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara
tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer.
Ada dua macam kelembaban udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air
yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap
air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah
uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang
dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam
persen (%).
6. Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan
disebut Rain gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.Curah hujan yang jatuh di
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
- bentuk medan/topografi
- arah lereng medan
- arah angin yang sejajar dengan garis pantai
- jarak perjalanan angin di atas medan datar
Hujan ialah
peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari
atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet.
Klasifikasi hujan
a. Berdasarkan ukuran
butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya
kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es
yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun
di dalam cuacapanas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari
awan yang temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
7 mm.
b. Berdasarkan proses
terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah
front, yang disebabkan oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda
temperaturnya. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padat
sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan.
2) Hujan Zenithal/
Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan
adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS.
Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi menyebabkan uap
air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus
menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini
dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut juga hujan
zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit
daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat dua kali hujan zenithal
dalam satu tahun.
3) Hujan Orografis/Hujan
Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa
oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga
terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh
pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis, sedangkan di lereng
sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah bayangan hujan.
7. Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di
dalam udara yang terjadi karena adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang
terdapat dalam udara. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya (bentuknya) Berdasatkan
morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal
(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat
menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang
rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan
berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak
dapat menimbulkan hujan.
b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena
tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti
tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan
bergumpalgumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan
berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas,
sebagian telah merupakan hujan.
4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada
ketinggian 500 m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya
rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal
luas dan sebagia n telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar