Kamis, 29 Maret 2012
Pemakaian Obat Pada Ibu Hamil
Obat (obat modern-hasil sintesis kimiawi), ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi banyak manfaat/kegunaan terapinya (penyembuhan), namun jangan lupa satu sisi lainnya mengan-dung risiko efek samping (bahkan efek toksik) bagi konsu-mennya. Sebagaimana Paracelcus (dokter dan farmasi di zaman Yunani kuno) mengingatkan bahwa obat adalah racun. Yang membedakan keduanya adalah DOSIS yang diberikan.
Pemakaian obat oleh ibu hamil biasanya meningkat tajam, disebabkan oleh gangguan yang dialami ibu hamil. Mulai dari mual, muntah (pada awal kehamilan), nyeri punggung (karena janin semakin besar, membuat tulang belakang harus menyangga lebih berat sehingga timbul nyeri), nyeri ulu hati yang biasa dikira gastritis (peradangan di maag/lambung) yang disebabkan janin semakin mendesak ke ulu hati karena janin berputar dan kepala janin mengenai ulu hati, ingin pipis terus (disebabkan janin mengenai kandung kemih karena semakin lama, posisi janin siap di ruang antara panggul), hingga gatal-gatal di perut samping (karena peregangan kulit perut dengan makin besarnya janin). Kesemua gangguan ini sebenarnya adalah respons normal dari fisiologis tubuh karena adanya kehamilan, namun banyak ibu yang menganggap semua ini adalah penyakit dan harus minum obat.
Ditambah lagi ibu yang memiliki risiko hipertensi karena tingginya kadar protein dalam urin (preeklamsi/eklamsi) dan munculnya diabetes karena ketidaknormalan insulin pada beberapa ibu hamil (Diabetes Mellitus Gestasional/DMG), tak heran jika konsumsi obat makin meningkat dibanding sebelum hamil.
Obat bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan memberikan efek kepada ibu maupun janin karena adanya umbilical cord (tali plasenta) yang menghubungkan darah ibu dengan tubuh janin. Selain sari-sari makanan, obat yang dikonsumsi ibu akan didistribusikan juga ke janin. Sebagian besar obat memiliki sifat-sifat yang memungkinkannya menembus tabir plasenta yaitu:
a. berat molekul/BM yang kecil (obat biasanya mempunyai BM 200-400 dalton),
b. lipofilisitas/kelarutan dalam komponen lemak tubuh (semakin kecil lipofilisitasnya, semakin mudah obat menembus tabir plasenta),
c. jumlah protein pengikat obat yang cenderung turun pada ibu hamil.
Jika obat menembus plasenta, kemungkinan obat akan menimbulkan efek samping pada janin akan semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar